Makmum Terakhir

Namaku Dina. Aku mahasiswi tingkat akhir di sebuah universitas Islam. Sejak kecil, aku terbiasa bangun malam untuk salat tahajud. Aku percaya bahwa doa di sepertiga malam adalah waktu paling mustajab. Tapi kejadian ini… mengubah cara pandangku terhadap sunyinya malam. Malam itu, sekitar pukul 3 pagi, aku bangun seperti biasa. Aku tinggal di asrama, tapi malam itu hanya aku sendiri di kamar karena teman sekamarku pulang kampung. Aku berwudhu, lalu menyalakan lampu kecil di pojok kamar. Suasananya redup, cukup untuk membuat hati tenang. Aku mulai salat tahajud, berdiri menghadap kiblat. Saat rakaat pertama, tak ada yang aneh. Tapi memasuki rakaat kedua, aku mendengar suara pelan di belakangku — seperti suara kain digesekkan ke sajadah. Seperti... seseorang sedang takbiratul ihram. Aku kaget. Refleks, aku menoleh cepat ke belakang. Kosong. Tak ada siapa-siapa. Aku berusaha tetap tenang. Mungkin hanya suara sajadah bergeser... mungkin... Aku lanjutkan salat. Tapi kali ini aku bisa merasaka...